Senin, 08 Juni 2009

MAKIYAH MADANIYAH

BAB I

PENDAHULUAN

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai macam kenikmatan dan halusnya kebaikan bagi kita dan mengutamakan kita atas seluruh makhluk-Nya, dengan mengerjakan ilmu pengetahuan dan pandai berbicara. Rahmat dan salamnya Allah semoga tetap tercurah atas Nabi Muhammad SAW yang diutus sebaik-baik agama, para keluarga dan sahabatnya dengan putaran rambu-rambu iman dan pancaran alam-alam pengetahuan.

Betapa agung dan akbarnya Allah SWT yang telah menurunkan kitab suci Al-Qur’anul karim secara berangsur-angsur, kepada nabi Muhammad SAW baik secara langsung maupun melalui perantara malaikat Jibril yang merupakan sumber pertama dan utama bagi hukum Islam dan pedoman hidup manusia. tidak ada keragunan bahwa al-qur’an demikian menguasai alam pikiran dan perasaan orang-orang salih masa dahulu dan sekarang.

Al-Qur’an diturunkan sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi ada yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan atau merupakan penolakan terhadap suatu pendapat atau perbuatan. Oleh karenanya ayat-ayat al-qur’an tidak diturunkan di satu tempat atau wilayah saja, ada yang diturunkan di Makah yang dikenal tampat sebutan surat Makiyah dan adapula yang diturunkan di Madinah yang dikenal dengan sebutan surat Madaniyah.

Semua surat kalau bukan turun di Makah (makiyah) tentu turun di Madinah (madaniyah)atau sebaliknya. Tapi, ada pengecualian mengingat di dalam surat makiyah kadang-kadang terdapat ayat-ayat madaniyah atau sebaliknya. Tiap ayat dikenal indetitasnya dan jelas profesinya, karena itu jika ada ayat bercampur dengan ayat-ayat yang lain yang bukan kelompoknya maka identitas ayat tersebut ditetapkan oleh para ulama ahli sebagai ayat makiyah atau sebagai ayatg madaniyah. Pendapat itu didasarkan pada kriteria yang telah mereka tentukan secara kritis teliti dan cermat.

Bidang pengetahuan yang menjadi cakupan dalam pembahasan surat makiyah dan madaniyah demikian luas sehingga objek penelitiannyapun banyak dan berlainan. Ia sekaligus merupakan pengetahuan tentnag urutan waktu turunnya surat dan ayat mengenai kepastian tempat turunya pemilah-pemilah Soal dan temannya serta penentuan oknum yang dimaksud oleh suatu ayat, kita dapat membayangkan bagaimana para ulama memikirkan berbagai masalah tersebut pada saat mereka memilah-milah mana ayat-ayat makiyah dan mana ayat-ayat madaniyah. Oleh karena itu di dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang surat-surat makiyah dan surat-surat Madaniyah, serta hal-hal yang berkaitan dengannya.


BAB II

PEMBAHASAN

SURAT-SURAT MAKIYAH DAN MADANIYAH

A. Surat-surat Makiyah

1.Pengertian

Ta’rif atau definisi surat/ ayat makiyah mencakup tiga unsur yaitu unsur waktu, unsur tempat dan unsur oknum bahkan ada yang mengatakan ada unsur yang keempat, yang mudah dilihat oleh setiap orang, yaitu unsur subjek (maudhu’)[1]

Dari unsur waktu turunnya didefinisikan sebagai berikut:

المكى هوماترل قبل الهجرةالرسول ص م وان كان نزله بغيرمكة

Artinya: Makiyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sebelum Rasul SAW hijrah kemadinah, kendatipun turunnya diluar Mekkah.[2]

Dari unsur tempat turunnya para ulama mendefinisikan sebagai berikut:

المكى هوماترل بمكة ورهاكمنى وعرفةوحديبية

Artinya: Makiyah adalah ayat-ayat yang diturunkan dimekah dan sekitarnya, seperti Mina, Arafah, dan Hadaibiyah.[3]

Dari unsur oknumnya, para ulama mendefinisikan sebagai berikut:

المكى هوماكان خطابالاهل مكة

Artinya: Makiyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab baki orang orang makkah”.[4]

2.Ciri-ciri Surat Makiyah.

Ciri-ciri untuk surat makiyah ada dua macam yaitu ciri-ciri yang bersifat qath’I dan ciri-ciri yang bersifat aqhlabi.

- Ciri-ciri yang bersifat Qath’I surat makiyah

a. Didalamnya terdapat ayat sajdah

b. Setiap surat yang didalamnya terdapat lafadz “kalla”

c. Dimulai dengan ungkapan yaa ayyuha an-nass dan tidak ada yaa ayyuha al-ladzina amanu kecuali surat al-Hajj surat al-Hajj ini sekalipun pada ayat 77 terdapat yaa ayyuha al-ladxina aamanu tapi surat ini tetap dipandang makiyah.

d. Ayat-ayatnya menganudng tema kisah para nabi dan umat terdahulu

e. Ayat-ayatnya berbicara tentang kisah nabi adam dan iblis kecuali surat al-Baqarah.

f. Setiap surat yang dimulai denga huruf Tahajji (huruf abjad) seperti alif dan mim, alif lam ra dan sebagainya, kecuali al-Baqarah dan Ali imran.[5]

- Ciri-ciri yang Bersifat Aghlabi Surat Makiyah

  1. Ayat-ayat dan surat-suratnya pendek-pendek (ijaz) nada perkataanya keras dan agak bersajak
  2. Mengandung seruan untuk beriman kepada Allah dan hari qiyamat dan menggambarkan keadaan surga dan neraka
  3. Mengajak manusia untuk berakhlak yang mulia dan berjalan diatas jalan yang baik/benar
  4. Membantah orang-orang musyrik dan menerangkan kesalahan-kesalahan kepercayaannya dan perbuatannya
  5. Terdapat banyak lafadz sumpah.[6]

3.Surat-Surat Makiyah Menurut tertib Turunnya.

Dibawah ini nama surat-surat Makiyah menurut tertib turunnya berdasarkan keterangan sebagian ulama :

1. Al-‘Alaq, 2 Al-qolam, 3 Al-Muzammil, 4 al-Mudatsir, 5 Al-Fatihah, 6 Al-Masad (al-lahab), 7 At-Takwir, 8 Al-A’la, 9 Al-Lail, 10 Al-Fajr, 11 Adh-Dhuha, 12 Asy-Syarah (al-insyirah), 13 Al-Ashr, 14 Al-Adyat, 15 Al-Kautsar, 16 At-Takasur, 17 Al-Ma’un, 18 Al-Kafirun, 19 Al-Fil, 20 Al-Falaq, 21 An-Nas, 22 Al-Ikhlas, 23 An-Najm, 24 Abasa, 25 Al-Qodar, 26 Asy-Syamsu, 27 al-Buruj, 28 At-Tin, 29 Al-Quraisy, 30 Al-Qori’ah, 31 Al-Qiyamah, 32 Al-Humazah, 33 Al-Mursalat, 34 Qaf, 35 Al-Balad, 36 At-Tharig, 37 Al-Qomar, 39 Al-A’raf, 40 Al-Jin, 41 Yaasin, 42 Al-Furqon, 43 Fathir, 44 Maryam, 45 Thoha, 46 Al-Wagi’ah, 47 Asy-Syu’ara, 48 An-Naml, 49 Al-Qoshash, 50 Al-Isra’, 51 Yunus, 52 Hud, 53 Yusuf, 54 Al-Hijr, 55 Al-An’am, 56 Ash-Shaffat, 57 Luqman, 58 Saba’, 59 Az-Zumar, 60 Ghafir, 61 Fushilot, 62 Assyura, 63 Az-Zukhruf, 64 Ad-Dukhan, 65 Al-Jaksyah, 66 Al-Ahqaf, 67 Adz-Dzariyat, 68 Al-Ghasiyah, 69 Al-Kahf, 70 An-Nahl, 71 Nuh, 72 Ibrahim, 73 Al-Anbiya’, 74 Al-Mu’minun, 75 As-Sajdan, 76 At-Thur, 77 Al-Mulk, 78 Al-Haqqah, 79 Al-Ma’arij, 80 An-Naba’, 81 An-Nazaiat, 82 Al-Infithas, 83 Al-Insyiqaq, 84 Ar-Rum, 85 Al-Ankabut, 86 Al-Mulhaffifin (tathfif).

Sebagian ahli tafsir berkata surat tathfif itulah surat yang paling penghabisan turun di makah.

Menurut Al-Khudary selain dari surat-surat yang telah tersebut, masuk juga dalam dolongan surat-surat makiyah surat-surat yang tersebut di bawah ini.

Al-Zazalah, Ar-Ra’d, Ar-Rahmat, Al-Insan, Al-Bayyinah.[7]

B. Surat-Surat Madaniyah

1.Pengertian

Definisi atau pengertian surat makiyah di kalangan ulama terdapat beberapa pendapat tentang dasar/kriteria yang dipakai untuk menentukan madaniyah sesuatu surat atau ayat.

Sebagian ulama menetapkan waktu turunnya surat/ayat sebagai dasar penentuan madaniyah sehingga mereka mendefinisikan madaniyah sebagai berikut :

Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sesudah Rasulullah hijrah ke madinah kendatipun bukan turun di madinah ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut madaniyah walaupun turun di makah atau arafah.[8]

Adapula ualma’ yang menerapkan bahwa turunnya ayat-ayat surat sebagai dasar penentuan madaniyah sehingga mereka mendefinisikan sebagai berikut :

Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan dimadinah dan sekitarnya seperti uhud, quba’, dan sul’a.[9]

Adapula ulama’ yang menetapkan bahwa oknum atau objek pembicaraan sebagai dasar penentuan madaniyah sehingga mereka mendefinisikan sebagai berikut:

Madaniyah adalah yang khitabnya (seruannya) jatuh kepada penduduk madinah.[10]

2. Ciri-ciri Surat Madaniyah

Ciri-ciri khas surat madaniyah ada yang bersifat gathi dan ada yang bersifat aghlabi.

- Ciri-ciri yang bersifat gathi untuk surat madaniyah antara lain adalah :

a. Setiap surat yang mengandung izin berjihad (perang) atau menyebut hal perang dan menjelaskan hukum-hukumnya.

b. Setiap surat yang memuat penjelasan secara terperinci tentang hukum pidana, hukum faraid/ warisan, hak-hak perdata, peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perdata (civil), kemasyarakatan dan kenegaraan.

c. Setiap surat yang menyinggung hal ikhwal orang-orang munafik, kecuali surat Al-Ankabut yang diturunkan di Makkah.

d. Setiap surat yang membantah kepercayaan / kata cara keagamaan ahlul kitab (kristen dan yaudi) yang dipandang salah, dan mengajak mereka agar tidak berlebih-lebihan dalam menjalankan agamanya.[11]

- Ciri-ciri yang bersifat aqlabi untuk Madaniyah :

a. Sebagian surat-suratnya panjang-panjang, sebagian ayat-ayatnya pun panjang(ithnab) dan gaya bahasanya cukup jelas di dalam menerangkan hukum-hukum agama.

b. Menerangkan secara terperinci bukti-bukti dan dalil-dalil yang menunjukkan hakikat-haket keagamaan.

3.Surat-surat Madaniyah menurut Tertib Turunnya

1. Al-Baqarah

2. Az-Zalzalah

3. Al-Anfal

4. Ali-Imron

5. Al-Ahzab

6. Al-Muntahanah

7. An-Nisa

8. Al-Hadid

9. Al-Qital (Muhammad)

10. Ath-Thalaq

11. Al-Hasyr

12. An-Nur

13. Al-Haj

14. Al-Munafiqun

15. Al-Mujadalah

16. Al-Hujarat

17. At-Tahrim

18. At-Taghabun

19. Ash-Shaf

20. Al-Jumu’ah

21. Al-Fathu

22. Al-Madinah

23. At-Taubah

24. An-Nashi

Jika kita mengikuti pendapat sebagian ahli tafsir yang menetapkan bahwa surat-surat yang turun di Madinah sejumlah duapuluh delapan, tambahan atas dua puluh empat ini, empat surat lagi yaitu Ar-Rad’ Ar-Rahman, Al-Insan dan Al-Baqarah.

C. Cara-cara mengetahui Makiyah dan Madaniyah

Dalam menetapkan ayat-ayat Al-qur’an yang termasuk kategori Makiyah dan Madaniyah menurut al-jabari:

لمعرفةالمكروالمدنى طريقان : سماعي وقيا سي

Artinya:

Untuk mengetahui Makkiyah dan Madaniyah surat-surat Al-Qur’an ada dua cara yaitu: Sama’i (salan riwayat0 dan qiyasi (jalan membanding-bandingkan yang satu dengan yang lain.[12]

1.Sama’i (jalan riwayat)

Dengan perangkat pendekatan sama’i (jalan riwayat), para ulama menunjuk pada riewayat-riwayat halid yang berasal dari para sahabat, yaitu orang-orang yang besar kemungkinannya menyaksikan turunnya wahyu atau para generasi tabi’in yang saling berjumpa dan mendengar langsung dari para sahabat tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan proses kewahyuan al-qur’an termasuk didalamnya adalah informasi kronologis al-qur’an.

Dalam kitab Al-intishar, Abu Bakar bin al-Baqilani lebih lanjut menjelaskan:

“Pengetahuan tentang Makiyah dan Madaniyah hanya dapat dilacak pada otoritas shabat dan tabi’in saja” informasi itu tidak ada yang datang dari Rasullah saw, karena ilmunya tentang itu bukan merupakan kewajiban umat.

Otoritas para sahabat dan tabi’in dalam mengetahui informasi kronologis al-qur’an dapat dilihat dari pernyataan mereka, dalam salah satu riwayat Al-Bukhari, ibnu Mas’ud umpannya berkata: “Demi zat yang tidak ada tuhan selain-Nya tidak ada satu ayatpun dari kitab Allah yang turun, kecuali aku tahu untuk siapa dan dimana diturunkan seandainya kutahu tempat orang yang lebih paham dariku tentang kitab Allah, pasti aku akan menjumpainya”.

2.Qyasi (jalan membandingkan yang satu dengan yang lain)

Ketika melakukan kategori makiyah dan madaniyah para ulama menganut pendekatan qiyasi bertolak dari ciri-ciri spesifik dari kedua klasifikasi itu. Dengan demikian, bila dalam surat makiyah terdapat sebuah ayat yang memiliki ciri-ciri khusus madaniyah ayat ini termasuk kategori ayat madaniyah. Tentu saja para ulama telah menetapkan tema-tema sentral yang nantinya ditetapkan pula sebagai ciri-ciri khusus bagi kedua klasifikasi itu.

D. Faedah memahami Makiyah dan Madaniyah

Kegunaan atau faedah memahami makiyah dan madaniyah adalah banyak sekali An Naisabari dalam kitabnya At-Tanbih Ala Fadl ulum Al-qur’an memandang subyek makiyyah dan madaniyah sebagai ilmu al-qur’an yang paling utama.

Sementara itu al-Zurqani didalam kitabnya Manhilul irfan menerangkan sebagain dari pada faedah memahami Makiyah dan Madaniyah adalah:[13]

a. Kita dapat membedakan dan mengetahui ayat yang mana yang mansukh dan nasikh

b. Kita dapat mengetahui sejarah hukum Islam dan perkembangannya yang bijaksana secara umum

c. Dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian dan keaslian al-Qur’an.

Sementara itu mana al-Qakhthan mendeskripsikan faedah memahami Makiyah dan madaniyah sebagai berikut:[14]

  1. Membantu dalam menafsirkan Al-Qur’an
  2. Pedoman bagi langkah-langkah dakwah
  3. Memberi informasi tentang sirah kenabian.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Dr.Rosihon, M.Ag, (2000), Ulumul Qur’an Untuk UIN, STAIN, PTAIS, Bandung: Putaka Setia.

Anwar, Drs. abu, M.Ag, (2000), Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, Pekan Baru: Amzah.

As-Shalih, Dr. Subhi, (1999), Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus.

H. Moh. Dr. Matsna, MA, (2004), Qur’an Hadist Madrasah aliyah Kelas Satu, Semarang: Karya Toha Putra.

H. Ramli, Drs. Wahid, M.Ag, (2000), Ulumul Qur’an edisi Revisi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Zuhdi, Drs. Masjfuk, (1993), Pengantar Ulumul Qur’an, Surabaya: Bina Ilmu.


‘ULUMUL QUR’AN

MAKIYI WAL MADANIYI

Disusun Oleh :

Nama : SIDIQ KURNIAWAN

NPM : 0840311

Lokal : C5/E

Jurusan : Tarbiyah

Prody : PAI

Semester : II (dua)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) JURAI SIWO METRO

2009


KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Ilahi Robbi, yang dengan limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah ‘Ulumul Qur’an yang membahas tentang Ayat-Ayat Makiyah dan Madaniyah dnegna sebaik mungkin.

Dalam upaya penyelesaian makalah ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oelh karena itu penulis ucapkan ribuan terimakasih kepada Bapak Drs. H. Bahuji, M.Ag selaku dosen mata kuliah ‘Ulumul Qur’an dan sahabat-sahabatku tercinta yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari meskipun penulisan makalah ini telah penulis upayakan seoptimal mungkin tentu masih ada kekurangan maupun kekeliruan yang tidak sengaja, untuk itu bagi para pembaca yang budiman sangat penulis harapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis serta memperoleh ridho Allah semata. Amin.

Metro, 13 Juni 2009

19 Jumaditsani 1430 H

Penulis

SIDIQ KURNIAAWAN

NPM. 0840311

ii


DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................................ ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN SURAT-SURAT MAKIYAH DAN MADANIYAH. 3

  1. Surat-Surat Makiyah........................................................................................ 3

1. Pengertian.................................................................................................. 3

2. Ciri-Ciri Surat Makiyah.............................................................................. 4

3. Surat-Surat Makiyah Menurut tertib Turunnya............................................ 5

  1. Surat-Surat Madaniyah.................................................................................... 6

1. Pengertian................................................................................................... 6

2. Ciri-Ciri Surat Madaniyah............................................................................ 6

3. Surat-Surat Madaniyah Menurut Tertib Turunnya......................................... 7

  1. Cara-Cara Mengetahui Makiyah dan Madaniyah.............................................. 8

1. Sama’I (jalam riwayat)............................................................................... 8

2. Qiyasi (jalan membandingkan yang satu dengan yang lain)........................... 9

  1. Faedah Memahami Makiyah dan Madaniyah.................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 10

iii



[1] Dr. Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Hlm. 208.

[2] Drs. Masyfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, hlm. 69. Dr.

[3] Rr. Rasihom Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an untuk UIN, STAIN, PTAIS, hlm, 105

[4] Drs. Masyfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, hlm, 68, Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an untuk UIN, STAIN, PTAIS, hlm. 106.

[5] Dr. Rosihan Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an, untuk UIN, STAIN, PTAIS, hlm 110, Drs. Masyfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, hlm. 74-75.

[6] Drs. Masjfuk Zudi, Pengantar Ulumul Qur’an, hlm. 75-76

[7] Dr. H. Moh. Matsna, MA. Qur’an Hadist Madrasah Aliyah Kelas Satu, hlm. 63-65

[8] المدني : امانزلبعد الهحرة وان كان بغير مدينة فمانزبعد الهجرةفمانزل بعدا لهجرةولوبمكةاوعرفةمدني

[9] المرني: مانزل بالمدينةوماجاورحاكاحدوقباء وسلع

[10] المدنى : ماوقع خطابالاهل المدينةDrs. Roshian Anwar M.Ag Ulumul Qur’an untuk UIN, STAIN, PTAIS, 2006, hlm. 104-106, Drs. Masfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, hlm. 68

[11] Dr. Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Al-qur’an, hlm 229

[12] Drs. Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, hlm 73-74

[13] Drs. Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, hlm 71-72

[14] Dr. Rosihan Anwar Ulumul Qur’an Untuk STAIN, UIN, PTAIS, hlm 121.

Jumat, 05 Juni 2009

matahari menyinari dunia, itulah tanda adanya kehidupan. semua yang ada didunia ini pasti ada yang menciptakan begitupun matahari yang menyinari dunia ini. kalau begitu siapa yang menciptakan sinar seperti gambar dissamping? jawab
hidup adalah masa depan
perlu adanya perubahan
agar tidak ada penyesalan

Jumat, 15 Mei 2009


Nama saya Sidiq Kurniawan saya lahir di Gedung Dalam 23 november 1989. aku sekarang tinggal di Pondok Pesantren Riyadlatul Ulum. Akudisana merasa betah, karena disana teman-temanku banyak. alamat asliku ada desa sidodadi dusun III kecamatan bandar surabaya.